10 hari pertama romadhon sudah dilewati.
Artinya, kami memasuki 10 hari kedua romadhon. Dan tentu saja, di tengah-tengah
bulan seperti ini semakin banyak undangan buka puasa bersama. Undangan dari
teman SMP, SMA, kuliah, dan komunitas.
Dengan kondisi yang kurang fit, ada 2
undangan yang saya putuskan untuk dihadiri. Harinya pun berentetan. Sebut saja
undangan dari teman-teman A dan teman-teman B.
Hari pertama, saya mengikuti ifthor
jama’ah (atau yang lebih dikenal dengan sebutan “bukber”) di salah satu rumah
teman yang dipilih. Sejam sebelum bedug berbunyi kami sibuk bercengkrama. Ada
yang membahas tentang bahasa arab, ada yang membahas tentang hadits-hadits
dhoif bulan puasa, ada yang membahas rencana i’tikaf 10 hari terakhir romadhon,
dan adapula yang lucu-lucuan, sesekali membumbui forum yang penuh dengan
keseriusan. Semuanya asik, semuanya merasa amatir soal agama. Tak ada yang
merasa hebat. Kami bertukar pikiran dengan indahnya. Lalu, ketika memasuki
waktu berbuka, kami duduk rapi dan tenang. Semua saling melihat, melakukan
aktifitas makan dan minum dengan tangan kanan. Andai saja ada yang berdiri dan
menggunakan tangan kiri, mungkin sudah kena peringatan. (hahaha inilah asyiknya
jadi makhluk yang saling mengingatkan :’) )
Semua menggunakan waktu beberapa menit
itu melahap minuman manis dan kue-kue kecil khas Palu seperti tetu, onde-onde,
dan cucur. Cukup beberapa butir saja. Lalu? Semua saling mengingatkan untuk
sholat maghrib dulu. Yang lelaki bergegas ramai ke masjid, dan wanita berjama’ah
di rumah.
Usai sholat, kami mengisi perut yang
masih lapar tadi dengan menu pilihan yang lebih berat, nasi beserta lauk-pauk. :)
Hari kedua, saya mengikuti bukber lagi
di tempat berbeda, undangan dari teman-teman B.
Sejam sebelum berbuka, saya sudah tiba
di tempat yang ditentukan. Aktifitas yang terlihat sama, semua terlihat
bercengkrama menanti bunyi bedug. Tetapi, kali ini pembahasan inti tertuju pada
masalah negara. Masing-masing terdengar memberi pendapat dengan pembelaan
masing-masing. Saya hanya bisa menjadi pendengar, karena bukan ahlinya soal
hukum-hukum negara. Dan lagi pula untuk saya pribadi, membicarakan politik
negara itu seperti membicarakan kehidupan para koruptor, dan itu hal yang
paling tidak penting dalam hidup saya. Sampai pada adzan berkumandang, semua
bergegas ke meja utama tempat disediakannya makanan. Ada yang melahap es, ada
yang mengambil jalangkote, bolupeca, tetu, dan kue-kue khas lainnya. Ada juga,
yang langsung mencicipi makanan berat. Semua berhamburan menikmati
makanan-makanan itu. ada yang duduk, dan ada yang berdiri. Tak ada adab makan
minum dalam forum ini, dan tak ada yang saling mengingatkan. Saya, hanya
mengambil segelas air putih lalu mengamati langkah-langkah yang bertukar
mengambil makanan. Sampai tiba saatnya langit mulai gelap. Belum ada
tanda-tanda lelaki ramai bergegas ke masjid. Dan wanita, hanya ada 3 orang yang
bergegas sholat. Hingga langit gelap, pada pukul 19.30, kegiatannya
masih telihat sama, semua asik bercengkrama sambil melahap makanan.
Hari berikutnya, saya sedikit berpikir,
merenungi. Ah, begitu berbeda jauhnya manusia, walau dalam jarak yang sangat
dekat. Seolah detik ini saya berada di sisi kanan dengan orang-orang religius,
lalu detik berikutnya saya melompat ke sisi kiri dan menemukan orang-orang
awam. Tak ada yang disalahkan, dan tak ada yang perlu dihakimi. Karena itulah
manusia, sama seperti halnya saya sendiri, yang tak tahu apa-apa tentang agama
(awam). Hanya saja, saya sedikit tersenyum heran dengan dunia berbeda yang saya
datangi. Seolah saya berangkat dari belahan bumi yang satu, ke belahan bumi
yang lain dalam waktu singkat.
Dalam benak saya, pada mereka (yang meninggalkan
sholat), jika saja dalam bulan romadhon ini mereka benar-benar melalaikan
sholat, bagaimana dengan bulan-bulan lainnya? Sebegitu tidak pentingkah sholat
di mata dan hati mereka? Lalu kepada siapa mereka meminta rezeki? Begitu tidak
tahu dirinya kah manusia, ya Allah? :’)
Waallahu a’lam bishshowab..
Izinkan kami berlindung pada-Mu dari
kesempitan iman dalam menyambut 10 hari terakhir romadhon-Mu, Ya Rabbi Izzati :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar