Riuh bergemuruh dalam hati. Lalu senyum melambai. Bibir
mulai berucap. Semua mensakralkan hal ini, ketika ulang tahun tiba.
ULANG TAHUN. Siapa yang tak senang dengan hari ini. Jangan bohong. Siapa yang tak menantikan hari ini. Bahkan, kedatangannya
lebih dinanti-nantikan daripada bulan ramadhan ataupun syawal (idul fitri), bagi
sebagian orang. Ada yang wajahnya memerah cerah menyambut hari (ulang tahun) ini.
Ada yang hatinya berseri saat jumpa dengan hari spesial ini. Benar, melebihi
sambutan pada bulan ramadhan. Benar-benar menghipnotis. Padahal, tak ada pahala
apa-apa yang bisa diraih didalamnya. Bahkan, hanya tanda berkurangnya sisa
hidup.
Tak ada yang salah, dan tak ada yang pantas disalahkan :) Mungkin, mereka yang sebagian itu, belum mengetahui apa-apa
tentang sebab-akibat ulang tahun.
Maka, sedikit saya membagi info tentang asal usul ulang
tahun. :) Hanya membagi, ya! Bukan mengajar. :D
Ulang tahun
atau Milad (dalam bahasa arab) pertama kali dimulai di Eropa. Dimulai dengan
ketakutan akan adanya roh jahat yang akan datang pada saat seseorang berulang
tahun, untuk menjaganya dari hal-hal yang jahat, teman-teman dan keluarga
diundang datang saat sesorang berulang tahun untuk memberikan do’a serta
pengharapan yang baik bagi yang berulang tahun. Memberikan kado juga dipercaya
dapat memberikan rasa gembira bagi orang yang berulang tahun sehingga dapat
mengusir roh-roh jahat tersebut.
Banyak simbol-simbol
yang diasosiasikan atau berhubungan dengan ulang tahun sejak ratusan tahun
lalu. Ada sedikit penjelasan mengapa perayaan ulang tahun harus menggunakan
kue.
Artemis Diana. Salah satu cerita mengatakan, karena waktu dulu
bangsa Yunani menggunakan kue untuk persembahan ke kuil DEWI BULAN, Artemis.
Mereka menggunakan kue berbentuk bulat yang merepresentasikan bulan purnama.
Cerita lainnya tentang kue ulang tahun yang bermula di Jerman yang disebut
sebagai “Geburtstagorten” adalah salah satu tipe kue ulang tahun yang
biasa digunakan saat ulang tahun. Kue ini adalah kue dengan beberapa layer yang
rasanya lebih manis dari kue berbahan roti.
Simbol lain
yang selalu menyertai kue ulang tahun adalah penggunaan lilin ulang tahun di
atas kue. Orang Yunani yang mempersembahkan kue mereka ke Dewi Artemis
juga meletakan lilin-lilin di atasnya karena membuat kue tersebut terlihat
terang menyala sepeti bulan (gibbons, 1986). Orang Jerman terkenal sebagai
orang yang ahli membuat lilin dan juga mulai membuat lilin-lilin kecil untuk
kue mereka. Beberapa orang mengatakan bahwa lilin diletakan dengan alasan
keagamaan/religi. Beberapa orang jerman meletakan lilin besar di tengah-tengah
kue mereka untuk menandakan “Terangnya Kehidupan” (Corwin,1986). Yang
lainnya percaya bahwa asap dari lilin tersebut akan membawa pengharapan mereka
ke surga.
Saat ini banyak
orang hanya mengucapkan pengharapan di dalam hati sambil meniup lilin. Mereka
percaya bahwa meniup semua lilin yang ada dalam satu hembusan akan membawa
nasib baik. Pesta ulang tahun biasanya diadakan supaya orang yang berulang
tahun dapat meniup lilinnya.
Tradisi
mengirimkan kartu ucapan itu sendiri dimulai di Inggris sekitar 100 tahun yang
lalu (Motomora, 1989). Pada awal mulanya hanya raja saja yang dirayakan ulang
tahunnya (mungkin disinilah awal mulanya tradisi topi ulang tahun bermula).
Seiring waktu berlalu, anak-anak juga di ikutsertakan dalam pesta ulang tahun.
Pesta ulang tahun untuk anak-anak pertama kali terjadi di Jerman dan dinamakan “kinderfeste”.
Dapat
disimpulkan bahwa melalui sejarahnya perayaan ulang tahun ini adalah ritual
kaum kuffar ( paganism ) terhadap DEWI BULAN ( Artemis ), namun ironis
sekali ada sebagian bahkan kalangan umum ummat islam menjadikan hari ini (
ulang tahun ) sebagai ritual wajib tiap tahunnya.
Singkat kata,
(eh bukan singkat lagi, ya! ini sudah kepanjangan. -___-) saya tutup sejarah
ini dengan ‘PESAN’ dari orang yang paling kita cintai, Baginda Nabi Muhammad
SAW.,
"Kamu akan mengikuti cara hidup
orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.
Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya
juga." Para sahabat bertanya, "Apakah yang engkau maksud adalah kaum
Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?"
Rasulullah menjawab: "Siapa lagi
jika bukan mereka?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar