Bukan wanita jika tak senang shopping.
Remaja sampai
nenek-nenek, pun melebarkan senyumnya ketika sedang berkecamuk dengan yang
berbau shopping.
Mengapa fanatik shopping?
Fitrah dari Tuhan memang adalah
faktor utama. Tetapi, ada faktor pendukung yang selalu membisikkan hawa nafsu
wanita untuk selalu dan selalu berbelanja. Tak lain dan tak bukan adalah
perkembangan dunia mode. Wanita, yang selalu ingin tampil cantik tidak heran
jika selalu tergiur dengan yang namanya shopping. Lantas lelaki?
Apakah hanya diam tak bergerak melihat kemauan wanita?
Jika
ada yang seperti itu, siap-siap saja ia menjadi sampah di mata wanita.
Sesederhana dan semiskin apapun lelaki, harus punya upaya untuk membahagiakan
wanita dengan memenuhi kebutuhan yang wanita inginkan (tentu dengan segala
macam pengertian dari wanita).
Jika lelaki ingin menyalahkan wanita dalam hal ini, maka
salahkanlah Tuhanmu yang memberi fitrah senang belanja kepada wanita. Semua
diciptakan berpasangan dan saling melengkapi. Siang malam, jauh dekat, susah
senang. Dan fitrah si wanita yang ‘ego belanja’ dipasangkan pada tuntutan
lelaki yang harus pandai mencari nafkah. Sekali lagi, dengan segala macam
pengertian dari wanita, maksudnya wanita pun timbal balik dalam hal pengertian.
Pengertian akan posisi rezeki suami. (mueheheh, tidak bermaksud mengegokan
wanita).
Terkesan matre? Tidak. (bukan pembelaan). Tapi kata Pak Mario Teguh
dengan segala ucapan supernya, “kelihatannya memang matre, tapi itulah bagian
dari seleksi alam.”
Matrealistis memang milik kaum wanita. Tetapi, matre yang
baik adalah matre yang ditempatkan pada urutan prioritasnya. Ada yang
menjadikannya prioritas nomor satu, ada yang nomor dua, dan seterusnya, dalam
berbagai perbedaan sebuah penilaian.
Untuk saya pribadi, amat sangat tidak pantas
jika kematrealistisan di prioritaskan nomor satu. Mungkin lebih tepat di nomor
5. *loh :D
Tetapi, no judge ya! kembali kepada penilaian masing-masing. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar