Selasa, 30 Juli 2013

2 dunia dalam "ifthor jama'ah" (Bukber)




10 hari pertama romadhon sudah dilewati. Artinya, kami memasuki 10 hari kedua romadhon. Dan tentu saja, di tengah-tengah bulan seperti ini semakin banyak undangan buka puasa bersama. Undangan dari teman SMP, SMA, kuliah, dan komunitas.
Dengan kondisi yang kurang fit, ada 2 undangan yang saya putuskan untuk dihadiri. Harinya pun berentetan. Sebut saja undangan dari teman-teman A dan teman-teman B.

Hari pertama, saya mengikuti ifthor jama’ah (atau yang lebih dikenal dengan sebutan “bukber”) di salah satu rumah teman yang dipilih. Sejam sebelum bedug berbunyi kami sibuk bercengkrama. Ada yang membahas tentang bahasa arab, ada yang membahas tentang hadits-hadits dhoif bulan puasa, ada yang membahas rencana i’tikaf 10 hari terakhir romadhon, dan adapula yang lucu-lucuan, sesekali membumbui forum yang penuh dengan keseriusan. Semuanya asik, semuanya merasa amatir soal agama. Tak ada yang merasa hebat. Kami bertukar pikiran dengan indahnya. Lalu, ketika memasuki waktu berbuka, kami duduk rapi dan tenang. Semua saling melihat, melakukan aktifitas makan dan minum dengan tangan kanan. Andai saja ada yang berdiri dan menggunakan tangan kiri, mungkin sudah kena peringatan. (hahaha inilah asyiknya jadi makhluk yang saling mengingatkan :’) )
Semua menggunakan waktu beberapa menit itu melahap minuman manis dan kue-kue kecil khas Palu seperti tetu, onde-onde, dan cucur. Cukup beberapa butir saja. Lalu? Semua saling mengingatkan untuk sholat maghrib dulu. Yang lelaki bergegas ramai ke masjid, dan wanita berjama’ah di rumah.
Usai sholat, kami mengisi perut yang masih lapar tadi dengan menu pilihan yang lebih berat, nasi beserta lauk-pauk. :)

Hari kedua, saya mengikuti bukber lagi di tempat berbeda, undangan dari teman-teman B.
Sejam sebelum berbuka, saya sudah tiba di tempat yang ditentukan. Aktifitas yang terlihat sama, semua terlihat bercengkrama menanti bunyi bedug. Tetapi, kali ini pembahasan inti tertuju pada masalah negara. Masing-masing terdengar memberi pendapat dengan pembelaan masing-masing. Saya hanya bisa menjadi pendengar, karena bukan ahlinya soal hukum-hukum negara. Dan lagi pula untuk saya pribadi, membicarakan politik negara itu seperti membicarakan kehidupan para koruptor, dan itu hal yang paling tidak penting dalam hidup saya. Sampai pada adzan berkumandang, semua bergegas ke meja utama tempat disediakannya makanan. Ada yang melahap es, ada yang mengambil jalangkote, bolupeca, tetu, dan kue-kue khas lainnya. Ada juga, yang langsung mencicipi makanan berat. Semua berhamburan menikmati makanan-makanan itu. ada yang duduk, dan ada yang berdiri. Tak ada adab makan minum dalam forum ini, dan tak ada yang saling mengingatkan. Saya, hanya mengambil segelas air putih lalu mengamati langkah-langkah yang bertukar mengambil makanan. Sampai tiba saatnya langit mulai gelap. Belum ada tanda-tanda lelaki ramai bergegas ke masjid. Dan wanita, hanya ada 3 orang yang bergegas sholat. Hingga langit gelap, pada pukul 19.30, kegiatannya masih telihat sama, semua asik bercengkrama sambil melahap makanan.

Hari berikutnya, saya sedikit berpikir, merenungi. Ah, begitu berbeda jauhnya manusia, walau dalam jarak yang sangat dekat. Seolah detik ini saya berada di sisi kanan dengan orang-orang religius, lalu detik berikutnya saya melompat ke sisi kiri dan menemukan orang-orang awam. Tak ada yang disalahkan, dan tak ada yang perlu dihakimi. Karena itulah manusia, sama seperti halnya saya sendiri, yang tak tahu apa-apa tentang agama (awam). Hanya saja, saya sedikit tersenyum heran dengan dunia berbeda yang saya datangi. Seolah saya berangkat dari belahan bumi yang satu, ke belahan bumi yang lain dalam waktu singkat.
Dalam benak saya, pada mereka (yang meninggalkan sholat), jika saja dalam bulan romadhon ini mereka benar-benar melalaikan sholat, bagaimana dengan bulan-bulan lainnya? Sebegitu tidak pentingkah sholat di mata dan hati mereka? Lalu kepada siapa mereka meminta rezeki? Begitu tidak tahu dirinya kah manusia, ya Allah? :’)

Waallahu a’lam bishshowab..
Izinkan kami berlindung pada-Mu dari kesempitan iman dalam menyambut 10 hari terakhir romadhon-Mu, Ya Rabbi Izzati :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar