Jumat, 09 Agustus 2013

DEAR SANG SUAMI...



BISMILLAH

Dear sang suami,
Yang keberadaanmu tak ku tahu.
Mungkin kita sudah saling mengenal, mungkin pula belum.
Begitu Tuhan merahasiakannya.
Yang pasti aku tahu, kamu adalah orang hebat.

Dear sang suami,
Terima kasih sudah memberiku waktu,
Memantaskan diri hingga usia saat ini.
Karena aku yakin, kamu pun sedang memantaskan diri.
Walau tak kutahu, seperti apa caramu.
Yang pasti aku tahu, kamu lebih baik.

Dear sang suami,
Maafkan aku yang belum berpaham agama.
Padahal aku tahu, sejatinya engkau menanti wanita ta’at (agama).
Maafkan aku, yang  belum bisa menjadi pendamping impian.

Dear sang suami,
Izinkan aku menjadi sosok Siti Muthi’ah, di sepanjang hidupmu.
Yang melayani lahir batin tak kenal lelah.
Yang menjadi pelayan bidadari dalam gubuk istanamu.
Karena kamu begitu pantas mendapatkannya.

Dear sang suami,
Kecuplah keningku di saat aku khilaf,
Dan peluklah di saat aku takut.
Di saat ujian dunia terlalu berat.
Karena kuyakin, kamulah imam yang pandai arah jalan.

Dear sang suami,
Ketahuilah aku hanya wanita biasa.
Yang lebih memilih hidup di gubuk tua,
dengan keluarga kecilku yang sholeh.
Ketimbang hidup di istana megah,
dengan keluarga besar melupa Tuhan.
Aku yakin kamu paham,
Untuk itu aku memilihmu.

Dear sang suami,
Akulah wanita bodoh, yang ingin belajar, dan terus belajar.
Maka aku menginginkanmu, untuk senantiasa menasehatiku.
Dari sejuta kesalahanku.

Dear sang suami,
Aku tahu kamu bukanlah Sayyidina Ali, suami impian ummat.
Tapi, dengan segala kelebihanmu,
Aku yakin kamu adalah suami impianku, satu-satunya.

Dear sang suami,
Kamu harus tahu, seringnya aku risau tentangmu.
Risau ingin memilikimu, bukan risau siapa kamu.
Karena tertulisnya namamu denganku di Lauhul Mahfudz,
Sudah menjadi obat hatiku pada takdir sang jodoh.

Dear sang suami,
Aku bukanlah wanita sholeha,
Aku bukanlah wanita hafidzah,
Dan aku bukanlah wanita alimah.
Demi Tuhanku, aku hanya wanita yang penuh kesalahan.
Untuk itu, aku menginginkan kamu melangkah dalam kebaikan, bersamaku.

Dear sang suami,
Betapa fitrah wanita menginginkan suami hafidz.
Betapa fitrah wanita menginginkan suami seorang alim.
Tapi aku bukanlah wanita penuntut.
Aku hanya wanita yang bahagia dengan takdir Tuhan.
Siapa itu kamu, aku lebih mengagumi akhlakmu dibanding semua ibadahmu.

Dear sang suami,
Jauh atau dekat, dimanapun kamu berada.
Jemputlah aku untuk beribadah kepada-Nya.
Jemputlah aku untuk menghindari fitnah akhir zaman.
Jemputlah aku untuk orang tuaku dan orang tuamu.
Jemputlah aku untuk anak-anak kecilku nan sholeh.
Jemputlah aku untuk menyempurnakan diri sebagai istri dan ibu.
Dan, jemputlah aku untuk menjadi Siti Muthi’ah berikutnya,
Sungguh aku pedamba beliau seumur hidup.

Dear sang suami,
Sengaja ku tulis kicauan ini,
Agar nantinya, aku perlihatkan kepadamu.
Agar nantinya, kamu menegurku jika aku membangkang.
Agar nantinya, kamu mengecupku di saat aku marah.
Agar nantinya, kamu memelukku di saat aku khilaf.
Dan agar nantinya, kita bisa menjadi pasangan yang terbaik,
Yang dicemburui para penduduk langit,
Insyaallah.

Dear sang suami,
Bolehkan aku berkata: "Aku, merindumu. Sungguh." :’)


--- @dewi_datz ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar