Rabu, 28 Agustus 2013
LELAH !
Ada yang ingin kukuakkan. Yang mengembun dalam otak mungilku. Resah yang biasa, kini tak lagi biasa. Aku hanya ingin bercerita. Dunia mimpi pun tak mengapa.
Maukah kau duduk manis menopang dagu di depanku, sembari tersenyum?
Dengarkanlah. Aku ingin diam.
Senin, 26 Agustus 2013
3 LELAKI DALAM HIDUP SAYA
Berinteraksi pada lelaki tentu saja
berbeda jauh dengan berinteraksi pada wanita. Sifat dan pemikiran lelaki yang
cenderung simple, to the point, lebih dewasa, tidak gegabah, dan bersifat
jangka panjang, lebih membuat wanita nyaman untuk berbagi cerita dan meminta
pendapat.
Bagi saya.^^
Sahabat
lelaki, senang memiliki satu diantara mereka, walaupun
teman dekat wanita segudang banyaknya. Entah kenapa, berbagi bersama Kaum Adam
ini memiliki rasa ‘plong’ tersendiri. :)
2007 silam, saya memiliki sahabat sebaik
@askodarsilibua. Cukup dia dan tidak ada lagi. Sampai di usia 23 tahun (baca:
sekarang) persahabatan kami tetap terjalin, walau dengan batasan-batasan
tertentu seiring berjalannya pemahaman dalam agama tentang interaksi pria dan
wanita non mahrom. Saya ingin menceritakan persahabatan kami nanti dalam page
tersendiri.
Intinya, dia sahabat hebat! :)
Kakak
lelaki, THE ONE AND ONLY! Kakak saya tersayang...*dengan
nada menyapa* apa kabarmu disana? Bahagiakah dengan alam barumu? Saat mengetik
ini, mata air di mata saya telah meluap. Kamu kakak lelaki satu-satunya yang
kumiliki. Belum ada yang bisa menggantikan sosokmu. Saya tak tahu jika nantinya
akan ada. Jikalau ada, hanya yang berstatus ‘suami’ lah yang mampu
menggantikan. Saya hanya bisa menangis tersenyum, saat Tuhan mendatangkanmu
dalam mimpiku. Kita bercengkrama. Ah! :’)
Tak kuat. Saya tak ingin memperpanjang
menyapa. Dialah kakak lelakiku satu-satunya. Yang dipanggil Tuhan 3 tahun
silam, 2010. Saat itu ia berumur 23 tahun lebih. Persis dengan usia saya saat
ini. Rasanya detakan jantungku ingin berhenti sesaat, kala mengingat dia.
Dia yang kusayang, satu-satunya!
Teman-teman yang mengenali pribadi saya,
tak heran jika melihat saya sedikit manja pada teman lelaki. Bagi saya mereka
seperti kakak sendiri. Walau kadang menyadari ada batasan-batasan dalam agama.
:’)
Pendamping
lelaki, suami saya nanti! Lelaki yang akan menjadi panutanku
dan lelaki yang paling hebat kumiliki, lebih dari siapapun! Setelah Sang Ayah.
Hey, kamu! Disini saya jatuh cinta
padamu. Jatuh cinta yang dianggap paling mulia, jatuh cinta dalam diam. Maukah
kamu menyapaku agar tak lagi diam?
Dalam hidup, saya layaknya manusia
biasa, yang menantikan pekerjaan. Yang menantikan gelar. Yang menantikan
hal-hal duniawi lainnya untuk meraih kesuksesan. Tapi, tak ada yang bisa
mengalahkan rasa penantian terhadap suami, karena menantinya sama hal dalam
saya menanti dunia akhirat. :)
Kamulah orang terpenting dalam hidup
saya, suami. :')
Tak ingin berpanjang lebar. Hanya ingin berkata pada sahabat, kakak dan suami. Kalian, orang-orang
peneduh hati saya~
Jumat, 09 Agustus 2013
DEAR SANG SUAMI...
BISMILLAH
Dear sang suami,
Yang keberadaanmu tak ku tahu.
Mungkin kita sudah saling mengenal,
mungkin pula belum.
Begitu Tuhan merahasiakannya.
Yang pasti aku tahu, kamu adalah orang
hebat.
Dear sang suami,
Terima kasih sudah memberiku waktu,
Memantaskan diri hingga usia saat ini.
Karena aku yakin, kamu pun sedang
memantaskan diri.
Walau tak kutahu, seperti apa caramu.
Yang pasti aku tahu, kamu lebih
baik.
Dear sang suami,
Maafkan aku yang belum berpaham agama.
Padahal aku tahu, sejatinya engkau
menanti wanita ta’at (agama).
Maafkan aku, yang belum bisa menjadi pendamping impian.
Dear sang suami,
Izinkan aku menjadi sosok Siti Muthi’ah,
di sepanjang hidupmu.
Yang melayani lahir batin tak kenal
lelah.
Yang menjadi pelayan bidadari dalam
gubuk istanamu.
Karena kamu begitu pantas mendapatkannya.
Dear sang suami,
Kecuplah keningku di saat aku khilaf,
Dan peluklah di saat aku takut.
Di saat ujian dunia terlalu berat.
Karena kuyakin, kamulah imam yang pandai
arah jalan.
Dear sang suami,
Ketahuilah aku hanya wanita biasa.
Yang lebih memilih hidup di gubuk tua,
dengan keluarga kecilku yang sholeh.
Ketimbang hidup di istana megah,
dengan keluarga besar melupa Tuhan.
Aku yakin kamu paham,
Untuk itu aku memilihmu.
Dear sang suami,
Akulah wanita bodoh, yang ingin belajar,
dan terus belajar.
Maka aku menginginkanmu, untuk
senantiasa menasehatiku.
Dari sejuta kesalahanku.
Dear sang suami,
Aku tahu kamu bukanlah Sayyidina Ali,
suami impian ummat.
Tapi, dengan segala kelebihanmu,
Aku yakin kamu adalah suami impianku,
satu-satunya.
Dear sang suami,
Kamu harus tahu, seringnya aku risau
tentangmu.
Risau ingin memilikimu, bukan risau
siapa kamu.
Karena tertulisnya namamu denganku di Lauhul
Mahfudz,
Sudah menjadi obat hatiku pada takdir
sang jodoh.
Dear sang suami,
Aku bukanlah wanita sholeha,
Aku bukanlah wanita hafidzah,
Dan aku bukanlah wanita alimah.
Demi Tuhanku, aku hanya wanita yang
penuh kesalahan.
Untuk itu, aku menginginkan kamu
melangkah dalam kebaikan, bersamaku.
Dear sang suami,
Betapa fitrah wanita menginginkan suami hafidz.
Betapa fitrah wanita menginginkan suami
seorang alim.
Tapi aku bukanlah wanita penuntut.
Aku hanya wanita yang bahagia dengan
takdir Tuhan.
Siapa itu kamu, aku lebih mengagumi akhlakmu
dibanding semua ibadahmu.
Dear sang suami,
Jauh atau dekat, dimanapun kamu berada.
Jemputlah aku untuk beribadah
kepada-Nya.
Jemputlah aku untuk menghindari fitnah
akhir zaman.
Jemputlah aku untuk orang tuaku dan
orang tuamu.
Jemputlah aku untuk anak-anak kecilku
nan sholeh.
Jemputlah aku untuk menyempurnakan diri
sebagai istri dan ibu.
Dan, jemputlah aku untuk menjadi Siti
Muthi’ah berikutnya,
Sungguh aku pedamba beliau seumur hidup.
Dear sang suami,
Sengaja ku tulis kicauan ini,
Agar nantinya, aku perlihatkan kepadamu.
Agar nantinya, kamu menegurku jika aku
membangkang.
Agar nantinya, kamu mengecupku di saat aku
marah.
Agar nantinya, kamu memelukku di saat aku
khilaf.
Dan agar nantinya, kita bisa menjadi
pasangan yang terbaik,
Yang dicemburui para penduduk langit,
Insyaallah.
Dear sang suami,
Bolehkan aku berkata: "Aku, merindumu. Sungguh." :’)
--- @dewi_datz ---
Rabu, 07 Agustus 2013
29 Romadhon 1434 H
Berakhir pula, DIA. Bulan segudang pahala. Yang kedatangannya selalu dinanti. Yang namanya selalu disebut. Anehnya, ketika ia datang dianggap biasa oleh sebagian manusia, dan dijalankan layaknya bulan lainnya. Lalu, saat pergi barulah sedih menderu. Ah! Manusia bodoh. Akulah orangnya. :')
Sholat rowatib yang tak full, teraweh bolong beberapa kali, dan tadarus yang tak khatam! Memangnya, aktivitas apa yang menyibukkanmu? Sebegitu hebatkah aktivitas dunia menghipnotismu? Bagaimana bisa seperti ini yang dikatakan cinta Romadhon? :(
Tibalah jua di hari akhir, 29 Romadhon 1434 H / 07 Agustus 2013. Beberapa jam lagi berbuka puasa. Dan malamnya, takbir akan meramaikan seluruh sudut kota. Menanti datangnya hari besar ummat muslim, Ied Mubarok.
Selamat tinggal Yaa Romadhon. Semoga bisa berjumpa kembali di tahun depan. Semoga tak ada lagi manusia bodoh yang mengabaikanmu di kala berjumpa. :')
Untuk seluruh sodaraku seaqidah.. Taqobbalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua, puasaku dan puasamu.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1434 H.
Sholat rowatib yang tak full, teraweh bolong beberapa kali, dan tadarus yang tak khatam! Memangnya, aktivitas apa yang menyibukkanmu? Sebegitu hebatkah aktivitas dunia menghipnotismu? Bagaimana bisa seperti ini yang dikatakan cinta Romadhon? :(
Tibalah jua di hari akhir, 29 Romadhon 1434 H / 07 Agustus 2013. Beberapa jam lagi berbuka puasa. Dan malamnya, takbir akan meramaikan seluruh sudut kota. Menanti datangnya hari besar ummat muslim, Ied Mubarok.
Selamat tinggal Yaa Romadhon. Semoga bisa berjumpa kembali di tahun depan. Semoga tak ada lagi manusia bodoh yang mengabaikanmu di kala berjumpa. :')
Untuk seluruh sodaraku seaqidah.. Taqobbalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua, puasaku dan puasamu.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1434 H.
Senin, 05 Agustus 2013
(tanpa judul)
Saya, bukanlah wanita yang pandai berkata, bersajak, apalagi bersyair.
Pagi ini, (tak sengaja) saya menemukan catatan puisi (satu-satunya) tentang hatiku yang mengeluh tentangmu. Tentang kepergianmu!
Re-post :
Hati..
Bagaimana rasanya berkorban?
Kuatkah engkau dalam butir-butir kepingan yang akan hancur?
Relakah engkau dalam kesesakan yang tiada henti?
Aku menangis.
Hati..
Apa yang terbesit dalam penatmu?
Katakan saja aku kan jadi penyimak buatmu!
Aku tahu engkau sedang menyiapkan diri,
Berdiri tegar dalam pilumu,
Untuk mempersembahkan kepada yang Maha Besar.
Aku tahu engkau bercanda tawa dalam sedihmu,
Tawa tuk membuang rasa luka yang sebentar lagi akan makin terasa menusuk!
Hati..
Luaskanlah dirimu demi Sang Pemilik hati,
Lapangkanlah dirimu untuk yang Maha Lapang,
Tunjukkanlah bukti cintamu pada-Nya dengan sebuah pengorbanan besar,
Dan tetesan-tetesan air dari matamu yang mengalir indah,
Akan menjadi saksi bisu dalam cinta kasihmu pada-Nya.
--- @dewi_datz On 25 December 2010 ---
Langganan:
Postingan (Atom)