Sabtu, 14 September 2013

PERCAKAPAN POLOS

Google's pic

“Kak Pinta, Efek Rumah Kaca itu apa?”
“Itu nama band, Wi...”
“Ooh saya pikir itu seperti nama soundtrack atau judul film begitu.” kataku datar. :|

HAHAHAHAHAHAHAHAHAAAAAA
Percakapan di dalam mobil antara saya dan Pinta itu adalah percakapan yang paling gila di dengar. Betapa polosnya pertanyaan itu.
Malam ini kami bertiga, saya, Pinta, dan Dila, meluncur menuju sebuah cafe yang bernama Raego. Disana beberapa teman-teman dalam komunitas film sudah menunggu. Sesampainya disana, percakapan kami di dalam mobil tadi kembali diulang. Si Pinta menceritakan pertanyaan saya itu ke mereka. Pertanyaan tentang Efek Rumah Kaca. Tentu saja mereka sebagai penikmat musik tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. Apalagi Pinta menceritakannya dengan nada sungguh lucu dan ikut tertawa ngakak.
“Seriuss kasian.. saya tidak tahu itu Efek Rumah Kaca.” Timpalku pada mereka dengan wajah datar-datar saja dengan suara melemah yang membuat mereka semakin tertawa.

“Bukan hanya percakapan itu yang seru.” Sambung Pinta. “Tadi kita juga mampir di Golni, Si Dila mau lihat teman bandnya tampil di event musik. Trus Dila langsung beli 3 tiket, mau tidak mau kita langsung masuk ke dalam gedung. Dewi pun ikut masuk. Dan bayangkan Dewi dengan tampilan atasan pink, jilbab, dan rok yang muslimah sekali. Padahal di dalam penontonnya rocker-rocker pake baju hitam semua.. HAHAHAHAHAHAAA. Jelas saja Dewi jadi bahan tatapan. Hahahahahaaa.” Pinta bercerita lagi dengan nada terpingkal-pingkal.
 “Tadi itu saya dijebak leh. Apalagi band yang tampil hanya teriak-teriak yang liriknya cuma huruf A terus. Pokonya sepanjang lagu dia hanya nyanyi teriak A!” protesku datar.
“Hahahahaha.. itu memang kedengaran hanya A, Wi. Tapi itu ada liriknya dia nyanyi. Cuma karena dia teriak-teriak, jadi kedengarannya cuma A. Gitu.” Timpal Dila.
HAHAHAHAHHAHHHHAAAA. Saya pun diketawakan lagi. -____-
Di sela-sela pembicaraan yang makin gila itu, tiba-tiba salah seorang film maker mengambil Teh Sosro dari dalam cafe itu. Tiba-tiba saya langsung bertanya protes, “Oh disini ada Teh Sosro juga? Ya ampun, tau begitu saya tidak pesan kopi.”
“HAHAHAHAAHHAHAAA...” kembali mereka menertawakan saya lagi. “Iyalah Dewi ada teh sosro. Pertanyaanmu itu eee.. hahahaahah.”

Sudah, cukup sudah tertawanya. Malam itu cukup berkesan bagi kami. Dan malam itu juga malam terakhir Si Dila di Palu. Suasana makin hangat dalam dinginnya malam. Perut kami sakit karena tertawa.

Oh Tuhan! Sejak kapan saya polos begini. -____-
Sekian. :|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar